A.
PENDAHULUAN
Koloid adalah suatu
bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi.
Koloid tergolong sistem
dua fase, yaitu:
1) Fase terdispersi (terlarut),
adalah zat yang didispersikan, bersifat diskontinu (terputus-putus).
2) Medium dispersi (pelarut),
adalah zat yang menjadi medium untuk dispersi, bersifat kontinu
(berkelanjutan).
Koloid tergolong
campuran heterogen walau tampak homogen secara makroskopis, karena perbedaan
partikel kedua fase masih dapat diamati secara mikroskopis.
Ciri-ciri sistem larutan:
1) Dispersi molekuler.
2) Sifat campuran homogen.
3) Dimensi partikel kurang dari 1 nm.
4) Sistem satu fase dan relatif stabil.
5)
Tidak dapat disaring.
Contoh: larutan gula, larutan garam, alkohol, cuka,
spirtus, air laut, bensin, udara bersih.
Ciri-ciri sistem suspensi:
1) Dispersi kasar.
2) Sifat campuran heterogen.
3) Dimensi partikel lebih dari 100 nm.
4) Sistem dua fase dan tidak stabil.
5) Dapat disaring.
Contoh: air keruh,
air berpasir, kopi, air + minyak.
Ciri-ciri sistem koloid:
1) Dispersi koloid.
2) Sifat campuran homogen secara makro-skopis, namun heterogen
secara mikroskopis.
3) Dimensi partikel antara 1 – 100 nm.
4) Sistem dua fase dan relatif stabil.
5) Tidak dapat
disaring, kecuali menggunakan penyaring ultra.
Contoh: tinta, cat,
darah, sabun, asap, jelly, susu, santan, awan, kabut, busa, krim kocok,
sitoplasma.
B. JENIS-JENIS KOLOID
Berdasarkan fase terdispersinya, koloid
terdiri dari:
1) Sol, fase terdispersinya padat.
2) Emulsi, fase terdispersinya cair.
3) Buih, fase
terdispersinya gas.
Secara umum, koloid terdiri atas:
1) Aerosol
Aerosol
adalah sebutan untuk koloid yang medium pendispersinya adalah gas.
Aerosol terbentuk
karena adanya pendorong/propelan, misalnya kloro-fluorokarbon dan CO2.
Contoh:
asap, awan, kabut, obat nyamuk semprot, parfum, hairspray, cat semprot.
2) Sol
Sol adalah
sebutan untuk partikel padat yang terdispersi dalam partikel cair.
Contoh: sol
emas, sol belerang, sol kanji, tinta, cat, darah, sabun, detergen, lem, kecap,
saus.
3) Gel
Gel adalah
sebutan untuk partikel cair yang terdispersi dalam partikel padat.
Gel terbentuk dari
sol liofil yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersi.
Gel disebut juga koloid
setengah kaku, karena sifatnya cair namun agak padat.
Contoh:
jelly, agar-agar, gelatin, mutiara, gel rambut, dan lain-lain.
4) Emulsi
Emulsi
adalah sebutan untuk partikel cair yang terdispersi dalam partikel
cair.
Emulsi terbentuk
apabila partikel cair tidak saling melarutkan. Emulsi terbentuk karena adanya
emulgator/pengemulsi yang menstabilkan campuran.
Contoh pengemulsi:
Sabun membuat minyak dan air bercampur.
Kasein mengemulsikan susu.
Kuning telur
mengemulsikan mayonnaise.
Emulsi
terbagi menjadi:
a. Emulsi minyak
dalam air (M/A)
Emulsi dimana minyak
(zat yang tidak bercampur dengan air) terdispersi dalam air.
Contoh: santan, susu,
lateks.
b. Emulsi air
dalam minyak (A/M)
Emulsi dimana air
terdispersi dalam minyak (zat yang tidak bercampur dengan air).
Contoh:
mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi, mentega.
5) Buih
Buih
adalah sebutan untuk partikel gas yang terdispersi dalam partikel
cair.
Buih terbentuk karena
adanya pembuih yang menstabilkan campuran, misalnya sabun, detergen dan
protein.
Buih terbentuk dari
zat cair yang mengandung pembuih yang dialiri gas.
Contoh: buih sabun,
krim kocok, krim cukur.
C. SIFAT-SIFAT KOLOID
Sifat-sifat koloid antara lain:
1) Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah
efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
Contoh
efek Tyndall:
Sorot lampu mobil ketika berkabut.
Sorot lampu proyektor film dalam bioskop yang diberi asap.
Berkas sinar
matahari melalui celah daun pohon di pagi yang berkabut.
2) Gerak Brown
Gerak
Brown adalah gerak acak zig-zag partikel koloid yang disebabkan oleh
tumbukan tak setimbang antara partikel terdispersi dengan pendispersi.
Gerak
Brown menstabilkan koloid karena mengimbangi gaya gravitasi yang dapat
menyebabkan pengendapan.
3) Muatan koloid
Muatan
koloid terbentuk karena koloid dapat mengalami adsorpsi, elektroforesis
dan koagulasi.
Muatan
koloid menstabilkan koloid karena partikel-partikel koloid bermuatan sama
sehingga saling tolak-menolak, sehingga menghindari penggumpalan.
4) Adsorpsi (penyerapan
pada permukaan)
Adsorpsi
adalah sifat partikel koloid yang dapat menyerap ion atau molekul
netral pada permukaannya.
a. Koloid positif mengadsorpsi
kation.
Contoh: sol Fe(OH)3,
sol Al(OH)3, pigmen pewarna, hemoglobin.
b. Koloid negatif mengadsorpsi
anion.
Contoh: sol emas, sol
perak, sol fosfor, sol As2S3, tepung, tanah liat.
Contoh
adsorpsi:
Sol Fe(OH)3 bermuatan positif dan mengadsorpsi ion H+ dan
Fe3+.
Sol As2S3 bermuatan negatif dan mengadsorpsi ion S2-.
Sol AgCl bermuatan positif bila mengadsorpsi ion Ag+,
bermuatan negatif bila mengadsorpsi ion Cl-.
5) Elektroforesis
Elektroforesis
adalah sifat partikel koloid yang dapat bergerak dalam medan
listrik.
Muatan
koloid dapat ditentukan dengan memberi medan listrik di sekitar koloid.
a. Koloid positif akan bergerak ke katoda atau elektroda
negatif.
b. Koloid negatif akan bergerak ke anoda atau elektroda
positif.
6) Koagulasi
Koagulasi
adalah penggumpalan koloid akibat hilangnya muatan koloid.
Koagulasi
kimiawi dapat terjadi akibat:
a. Percampuran
koloid beda muatan
Menyebabkan koloid
saling menetral-kan satu sama lain dan menggumpal.
b. Penambahan
elektrolit
Elektrolit dapat
menetralkan koloid dan menyebabkan koagulasi.
Koagulasi terjadi
bila koloid positif ditambah elektrolit yang lebih negatif, dan koloid negatif
ditambah elektrolit yang lebih positif.
Contoh:
Koloid Fe(OH)3 (positif), mudah
terkoagulasi jika ditambahkan H2SO4 atau
Na3PO4 dibanding HCl atau NaBr.
Koloid As2S3 (negatif), mudah ter-koagulasi jika ditambahkan BaCl2 dibanding
NaCl.
c. Elektroforesis
Terjadi ketika koloid
mencapai elektroda.
Koagulasi
mekanik dapat terjadi dengan cara menaik-turunkan suhu dan pengadukan
sistem koloid.
Contoh
koagulasi:
Delta terbentuk akibat tanah liat ter-koagulasi ketika bercampur
dengan air laut.
Asap pabrik
digumpalkan dengan alat koagulasi listrik Cottrel.
D. KOLOID HIDROFIL, HIDROFOB DAN ASOSIASI
Koloid dengan
medium dispersi cair dibedakan menjadi koloid liofil (suka cairan) dan koloid
liofob (benci cairan). Jika medium dispersi air, maka dibedakan menjadi koloid
hidrofil (suka air) dan koloid hidrofob (benci air).
Ciri-ciri koloid hidrofil:
1) Mengadsorpsi medium.
2) Gaya tarik-menarik antara zat terdispersi dan pendispersi
besar.
3) Efek Tyndall terlihat lemah.
4) Dapat kembali ke bentuk semula setelah mengalami dehidrasi air
(reversibel).
5) Stabil baik konsentrasi zat terdispersi kecil maupun besar.
6) Tidak mudah mengendap dengan penambahan elektrolit.
7) Viskositas koloid
lebih besar daripada medium.
Contoh: sabun,
detergen, gelatin, kanji, protein.
Ciri-ciri koloid hidrofob:
1) Tidak mengadsorpsi medium.
2) Gaya tarik-menarik antara zat terdispersi dan pendispersi
kecil.
3) Efek Tyndall terlihat jelas.
4) Tidak dapat kembali ke bentuk semula setelah mengalami
dehidrasi air (irreversibel).
5) Stabil jika konsentrasi zat terdispersi kecil.
6) Mudah mengendap dengan penambahan elektrolit.
7) Viskositas koloid
relatif sama dengan medium.
Contoh: sol logam,
sol belerang, sol sulfida, sol Fe(OH)3,
susu, mayonnaise.
Koloid asosiasi adalah koloid yang terbentuk
ketika dilarutkan dalam air.
Koloid asosiasi tersusun atas partikel yang
terdiri atas:
1) Gugus kepala, bersifat hidrofil dan polar.
2) Gugus ekor, bersifat hidrofob dan non-polar.
Sabun/detergen
membentuk koloid asosiasi dalam air yang terdiri atas ion stearat
(C18H35O2–).
Ketika
dilarutkan dalam air, ekor asam stearat (hidrofob) saling berkumpul ke arah dalam air,
dan kepala asam stearat (hidrofil) menghadap ke air.
Koloid asosiasi pada sabun dan detergen di
air membuatnya menjadi pengemulsi kotoran dalam air. Gugus hidrofob akan
menarik partikel kotoran lalu mendispersikannya ke air.
E. PENGGUNAAN KOLOID
Koloid banyak digunakan di industri karena:
1) Tidak melarutkan campuran secara homogen.
2) Keadaannya stabil.
3) Tidak mudah rusak.
Penggunaan koloid dalam industri:
1) Industri
kosmetik
Banyak menggunakan
emulsi dan buih, misalnya foundation, shampoo, pembersih wajah, deodoran,
pelembap badan.
2) Industri
tekstil
Pewarna tekstil dalam
bentuk sol membuat warna menyerap dengan baik.
3) Industri
farmasi
Obat-obatan banyak
dibuat dalam bentuk sol.
4) Industri sabun
dan detergen
Sabun dan detergen
adalah pengemulsi kotoran dan air pada pakaian yang membuat bersih pakaian.
5) Industri
makanan dan minuman
Makanan dan minuman
seperti kecap, saus, susu, mayonnaise, dan mentega dibuat dalam berbagai bentuk
koloid.
Koloid juga menggunakan sifat-sifat koloid yang menguntungkan.
1) Sifat efek Tyndall
a. Bioskop
Sorot lampu proyektor
film dalam bioskop yang diberi asap di sekitarnya agar gambar yang dihasilkan
lebih jelas.
b. Kap lampu
Kap lampu dibuat
dalam bentuk koloid sehingga dapat menghamburkan cahaya.
2) Sifat
elektroforesis
Koloid digunakan
untuk identifikasi DNA serta korban dan pelaku kejahatan.
3) Sifat adsorpsi
a. Pemutihan gula
tebu
Warna merah pada gula
tebu diabsorpsi oleh tanah diatom, caranya dengan melarutkan gula pada air,
lalu mengaliri larutan melalui tanah diatom.
b. Penjernihan air
Penjernihan dilakukan
dengan me-nambahkan air dengan:
Tawas atau alumunium sulfat (Al2(SO4)3),
terhidrolisis dalam air membentuk koloid Al(OH)3 yang
menyerap polutan air.
Karbon aktif, apabila tingkat pencemaran air sangat
tinggi.
Pasir, sebagai penyaring.
Kaporit, sebagai disinfektan.
Kapur tohor, menaikkan nilai pH akibat penggunaan tawas.
4) Sifat koagulasi
a. Penggumpalan
karet
Karet dalam lateks
digumpalkan menggunakan asam format (HCOOH).
b. Penjernihan air
Lumpur dalam air
digumpalkan menggunakan tawas (Al2(SO4)3).
c. Pembuangan asap
pabrik
Sebelum dibuang ke
cerobong, asap dialirkan menuju logam bermuatan dan tegangan tinggi (20-75 kV)
sehingga molekul udara di sekitarnya terion.
Ion-ion lalu
diadsorpsi oleh asap sehingga asap memiliki muatan. Asap lalu ditarik oleh
elektroda lain sehingga gas yang dibuang ke cerobong bebas dari asap.
Koloid juga digunakan sebagai pelindung yang disebut koloid pelindung.
Koloid pelindung menstabilkan koloid yang
dilindunginya dengan membungkus partikel terdispersi agar tidak mengalami
agregasi.
Koloid yang dapat menjadi koloid pelindung:
Zat-zat pengemulsi, misalnya sabun.
Koloid hidrofil, misalnya protein, kasein, gelatin, kanji dan
agar-agar.
Penerapan koloid pelindung:
a. Air susu dilindungi oleh kasein yang mencegah penggumpalan
lemak.
b. Mentega dilindungi oleh lesitin yang mencegah penggumpalan
lemak.
c. Es krim dilindungi gelatin yang mencegah pembentukan kristal
gula atau es batu.
d. Tinta dan cat dilindungi oleh minyak silikon yang membuat tinta
dan cat bertahan lama.
F. POLUSI KOLOID
Koloid selain bermanfaat juga menimbulkan masalah lingkungan berupa
polusi udara dan polusi air.
Polusi udara yang disebabkan koloid:
1) Debu dapat membentuk koloid di udara berupa aerosol
padat yang menurunkan kualitas udara, mengganggu kesehatan paru-paru dan
menyebabkan kebakaran hutan.
2) Asap dan kabut dapat membentuk koloid di udara berupa
aerosol cair yang dapat meng-akumulasikan gas-gas beracun seperti SO2 dan
NO yang dapat merusak lingkungan dan menyebabkan hujan asam.
3) Asbut (smog), yaitu gabungan asap dan kabut yang
menyebabkan tertahannya pergerakan naik asap. Asap yang tertahan dapat
terakumulasi di udara dan terhirup oleh hewan dan manusia.
Polusi air yang disebabkan oleh koloid:
1) Pengendapan ion-ion mineral dalam air oleh koloid yang
menyebabkan pen-dangkalan dasar sungai atau danau.
2) Penyebaran
mikroorganisme berbentuk koloid dalam air.
3) Sisa makanan atau hewan mati dalam air berkumpul
membentuk koloid yang tidak dapat larut dalam air, sehingga meningkat-kan
penggunaan oksigen dalam air oleh organisme air untuk mengurai koloid.
G. PEMBUATAN KOLOID
Koloid dapat dibuat dari sistem larutan atau dari sistem suspensi.
Cara pembuatan koloid dibagi menjadi cara
kondensasi dan cara dispersi.
Cara kondensasi dilakukan dengan agregasi
partikel larutan menjadi koloid.
1) Reaksi redoks
Contoh:
Pembuatan sol
belerang dengan me-ngalirkan gas H2S ke
dalam larutan SO2.
2H2S(g) + SO2(aq)
d 3S(koloid)
+ 2H2O(l)
Pembuatan sol emas
dari reaksi larutan HAuCl4 dengan larutan K2CO3 dan
larutan formaldehida.
2HAuCl4(aq)
+ 6K2CO3(aq) + 3HCHO(aq)
d 2Au(koloid) + 5CO2(g) +
8KCl(aq) + KHCO3(aq) + 2H2O(l)
2) Reaksi
hidrolisis
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dari
hidrolisis besi (III) klorida dengan air mendidih.
FeCl3(aq)
+ 3H2O(l) d Fe(OH)3(koloid)
+3HCl(aq)
3) Reaksi
dekomposisi rangkap
Contoh:
Pembuatan sol As2S3 dari
reaksi larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.
2H3AsO3(aq)
+ 3H2S(aq)
d As2S3(koloid) + 6H2O(l)
Pembuatan sol AgCl
dari reaksi larutan AgNO3 encer dengan larutan HCl encer.
AgNO3(aq)
+ HCl(aq) d AgCl(koloid)
+ HNO3(aq)
4) Penggantian
pelarut
Contoh:
Pembuatan gel kalsium
asetat semipadat dari larutan jenuh (CH3COO)2Ca
yang dicampur dengan pelarut C2H5OH
(alkohol) yang menggantikan pelarut air.
Cara dispersi dilakukan dengan pemecahan partikel
kasar menjadi koloid.
1) Cara mekanik
Cara
mekanik dilakukan dengan penggerusan butir-butir kasar dengan alat
penggerus, lalu diaduk dengan medium pendispersi.
Contoh cara mekanik:
Sol belerang dibuat
dengan menggerus serbuk belerang bersama dengan zat inert (misalnya gula
pasir), yang hasilnya kemudian dicampur dengan air.
2) Cara peptisasi
Cara
peptisasi dilakukan dengan bantuan zat pemecah/ pemeptisasi.
Contoh peptisasi:
Agar-agar dipeptisasi air.
Nitroselulosa dipeptisasi aseton.
Karet dipeptisasi bensin.
Endapan nikel sulfida dipeptisasi H2S.
Endapan Al(OH)3 dipeptisasi AlCl3.
3) Cara Busur
Bredig (Bredig’s Arc)
Busur
Bredig digunakan untuk membuat sol logam dan merupakan campuran
cara kondensasi dan dispersi.
Logam
yang akan dijadikan koloid dijadikan elektroda dan dicelupkan
dalam medium pendispersi kemudian dialiri listrik.
Atom-atom
logam akan terlempar ke medium pendispersi, mengalami kondensasi, dan
menjadi partikel koloid.
Pembuatan koloid terkadang terganggu oleh
ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid.
Dialisis adalah suatu proses penghilangan ion-ion
pengganggu kestabilan koloid.
Proses dialisis:
1) Sistem koloid dimasukkan ke dalam kantong koloid yang bersifat
semipermeabel.
2) Kantong koloid lalu diberi atau dimasukkan ke tempat yang
terdapat air yang mengalir.
3) Air yang mengalir membawa ion-ion pengganggu dan molekul
sederhana namun tidak membawa partikel-partikel koloid.
Contoh dialisis:
Proses filtrasi darah oleh ginjal yang menyaring darah
dengan tidak meloloskan sel-sel darah dan protein darah.
Proses dialisis
darah (cuci darah) bagi penderita gagal ginjal.